Produsen terus melakukan perlombaan megapiksel. Padahal perlombaan itu berasal dari gagasan palsu, bahwa sebuah kamera dengan resolusi lebih tinggi selalu lebih baik.
Dalam fotografi digital, istilah piksel mengacu pada titik-titik kecil yang membentuk foto. Semakin banyak piksel dalam sebuah foto, semakin tinggi resolusi gambar. Satu megapiksel sama dengan satu juta pixel.
Baik ponsel Samsung Pixon-12 dan Sony Ericsson Satio yang memiliki 12-megapixel berarti resolusinya lebih besar daripada kamera digital poket Canon.

Perlombaan megapiksel tumbuh dari mitos megapixel, gagasan palsu bahwa sebuah kamera dengan resolusi yang lebih tinggi selalu lebih baik.
Produsen dan pengecer, bersemangat untuk meyakinkan konsumen bahwa mereka membutuhkan kamera terbaru dan terus mendorong ide itu.
“Jumlah megapixel tidak memberitahu apa-apa tentang kualitas gambar yang dihasilkan,” kata Steve Berardi, pendiri PhotoNaturalist.net.
“Tentu, ini akan memberitahu seberapa besar gambar, tetapi lebih besar tidak selalu berarti kualitas yang lebih baik.”
Untuk rata-rata kamera, lima atau enam megapixel cukup. Melampaui tingkat itu, berbagai karakteristik kamera harus sudah lain, seperti ukuran sensor gambar dan kualitas optik, yang lebih penting.
Mitos megapiksel harusnya lebih kurang berlaku untuk ponsel, karena kebanyakan orang tidak membuat cetakan foto ukuran besar dari telepon seluler mereka.
Seperti hari-hari awal kamera digital, kualitas foto ponsel sudah membaik. Tapi megapiksel yang lebih tinggi cenderung bukan alasan, kata Berardi.
“Ini mungkin karena mereka menggunakan sensor [image] yang lebih baik,”.
Mike Evans, editor review ponsel dan situs diskusi MobileMentalism.com mengatakan bahwa meskipun produsen telepon meningkatkan megapiksel, tapi mereka juga harus menekankan fitur kamera penting lainnya.
Misalnya saja autofocus, image stabilization untuk mengurangi kabur, xenon atau dual LED flash, dan lensa yang baik.
“Secara khusus, Sony Ericsson Satio dan Samsung Pixon 12 adalah ponsel kamera dengan fitur kamera terbaik,” kata Evans.
Sumber : tekonologinet.com