TIDAK MENGERJAKAN PR, DIHUKUM KUNYAH KAPUR TULIS

Wajah pendidikan Indonesia kembali tercoreng. Kali ini terjadi di probolinggo. Dwi Agung Cahyono seorang murid kelas IX sebuah SMPN d kota probolinggo di paksa untuk menguyah kapur tulis oleh gurunya lantaran dia tidak mengerjakan PR yang disuruh oleh gurunya. Lebih tragis lagi guru yang menyuruhnya menguyah kapur itu adalah seorang guru wanita.

Hal ini terungkap atas pengakuan Dwi Agung sendiri. Dwi mengatakan dia disuru menguyah kapur tulis oleh gurunya di depan teman-temannya. Dan tentu saja sebagian kapur itu ada yang tertelan olehnya yang membuatnya mengalami masalah pada perutnya. Kedua orang tua Dwi tentu saja geram mendengar pengakuan anaknya tersebut.
Namun menurut diknas kota probolinggo yang sudah meminta keterangan terhadap pihak yang bersangkutan membantah hal itu. Menurut pihak yang bersangkutan terhadap diknas kota probolinggo Dwi hanya disuruh mengemut sebagai hukuman karena Dwi berkelahi dengan temannya. Seperti layaknya orang mengemut punting rokok. Hal tersebut dikatakan oleh kepala sekolah SMPN Dwi terhadap diknas.Lanjut kata kepala diknas hukuman menguyah kapur tersebut di berikan atas ide dari teman-teman Dwi sendiri yang menjadikan bahan untuk guyonan.
Terlepas dari kesalahan yang Dwi lakukan ataupun hukuman itu adalah ide guyonan dari teman-teman Dwi sendiri namun tetap saja hal itu tidak pantas dilakukan oleh seorang guru yang pada hakikatnya adalah seorang pengajar dan pendidik. Kalau memang Dwi benar tidak mengerjakan PR seharusnya sang guru membimbing Dwi agar dia dapat mengerjakan PR. Ataupun memang dia benar berkelahi dengan temannya sang guru juga harus membimbingnya dan kalaupun harus dihukum hukumlah sesuai dengan apa yang ada dalam peraturan sekolah dan tentunya hukuman menguyah kapur tidak ada dalam peraturan di sekolah manapun di negeri ini.
Tapi kita juga tak boleh terlalu menyalahkan sang guru. Karena guru juga manusia biasa yang mungkin pada saat itu sedang mengalami suatu masalah hingga dia lepas control seperti itu. Dan Tentu harapan kita semua adalah Semoga hal ini dan hal-hal sejenisnya tidak terjadi lagi apalagi terjadi dalam lingkungan sekolah yang dilakukan oleh para guru. Karena kasus diatas dapat menimbulkan trauma bagi yang mengalami hal tersebut dan imbasnya anak tersebut akan enggan masuk sekolah karena takut. Semoga hal ini tidak terjadi lagi.

Category:

0 komentar:

Posting Komentar